Selasa, 17 Mei 2011

Materi Keperawatan Anak HIPOTERMIA & HIPERTERMIA

HIPOTERMIA & HIPERTERMIA

HIPOTERMIA
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki  dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. 


Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. 

Etiologi dan faktor presipitasi
Prematuritas
Asfiksia
Sepsis
Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
Eksposure suhu lingkungan yang dingin

Penanganan hipotermia ditujukan pada: 1) Mencegah hipotermia, 2) Mengenal bayi dengan hipotermia, 3) Mengenal resiko hipotermia, 4) Tindakan pada hipotermia.

Tanda-tanda klinis hipotermia: 
Hipotermia sedang:
Kaki teraba dingin
Kemampuan menghisap lemah
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
Hipotermia berat
Sama dengan hipotermia sedang
Pernafasan lambat tidak teratur
Bunyi jantung lambat
Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
Stadium lanjut hipotermia
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
Bagian tubuh lainnya pucat
Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)

HIPERTERMIA
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.

Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
Suhu tubuh bayi > 37,5 C
Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang

Pengkajian hipotermia & hipertermia
Riwayat kehamilan
Kesulitan persalinan dengan trauma infant
Penyalahgunaan obat-obatan
Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu

Status bayi saat lahir
Prematuritas
APGAR score yang rendah
Asfiksia dengan rescucitasi
Kelainan CNS atau kerusakan
Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C
Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal

Kardiovaskular
Bradikardi
Takikardi pada hipertermia

Gastrointestinal
Asupan makanan yang buruk
Vomiting atau distensi abdomen
Kehilangan berat badan yang berarti

Integumen
Cyanosis central atau pallor (hipotermia)
Kulit kemerahan (hipertermia)
Edema pada muka, bahu dan lengan
Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)
Perspiration (hipertermia)

Neorologic
Tangisan yang lemah
Penurunan reflek dan aktivitas
Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan

Pulmonary
Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler
Retraksi dada
Ekspirasi grunting
Episode apnea atau takipnea (hipertermia)

Renal
Oliguria

Study diagnostik
Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi yang digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas
Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis
Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal dan potensila oliguri
Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi
Diagnosa keperawatan
Dx.1. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu lingkungan yang dingin atau panas.

Tujuan 1 : Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan suhu tubuh

Tindakan :
Kaji faktor yang berhubungan dengan resiko fluktuasi suhu tubuh pada bayi seperti prematuritas, sepsis dan infeksi, aspiksia atau hipoksia, trauma CNS, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin, trauma lahir dan riwayat penyalahgunaan obat pada ibu
Kaji potensial dan aktual hipotermia atau hipertermia :
Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur
Monitor suhu lingkungan
Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi seperti baju basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar atau pendingin ruangan
Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya
Observasi warna kulit 
Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure
Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea, kelembaban kulit, dan kehilangan cairan.

Tujuan 2. Mencegah kondisi yang dapat mencetuskan fluktuasi suhu tubuh

Tindakan :
Lindungi dinding inkubator dengan
Meletakkan inkubator ditempat yang tepat
Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan + 24 C
Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator
Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas
Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil dan 6 – 12 jam postnatal, keringkan segera
Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas
Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat, inkubator dihangatkan dulu
Pertahankan suhu kulit 36 – 36,5 C
Sesedikit mungkin membuka inkubator
Hangatkan selalu inkubator sebelum dipakai
Gendong bayi dengan kulit menempel ke kulit ibu (metode kangguru)
Beri topi dan bungkus dengan selimut

Tujuan 3:  Mencegah komplikasi dingin

Tindakan :
Kaji tanda stress dingin pada bayi :
Penurunan suhu tubuh sampai < 32,2 C
Kelemahan dan iritabilitas
Feeding yang buruk dan lethargy
Pallor, cyanosis central atau mottling
Kulit teraba dingin
Warna kemerahan pada kulit
Bradikardia
Pernafasan lambat, ireguler disertai grunting
Penurunan aktivitas dan reflek
Distesi abdomen dan vomiting

Berikan treatment pada aktual atau resiko injury karena dingin sebagai berikut :
Berikan therapy panas secara perlahan dan catat suhu tubuh setiap 15 menit
Pertimbangkan pemberian plasma protein (Plasmanate) setelah 30 menit
Berikan oksigen yang telah diatur kelembabannya
Monitor serum glukosa 
Berikan sodium bikarbonat untuk acidosis metabolik
Untuk menggantikan asupan makanan dan cairan, berikan dekstrose 10% sampai temeperatur naik diatas 35 C

Dx.2. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi.

Tujuan  : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi bayi dan perawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

Tindakan :
Beri informasi pada orangtua tentang :
Penyebab fluktuasi suhu tubuh
Kondisi bayi
Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh
Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan bepergian
Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta mereka untuk mendemontrasikannya
Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di inkubator
Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan menunjukkan prilaku seperti diajarkan

BAYI PREMATUR

Definisi :
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur. 

Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.

Masalah yang umum terjadi diantaranya respiratory disstres syndrom (RDS), enterocolitis nekrotik, hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation, patetnt duktus arteriosus (PDA), edema paru, perdarahan intraventrikular. Stressor tambahan lain pada infant dan orangtua meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi. Respon orangtua dan mekanisme koping mereka dapat menimbulkan gangguan pada hubungan antar mereka. Diperlukan perencanaan dan tindakan yang adekuat untuk permasalahn tersebut.

Bayi prematur dapat bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus. 

Etiologi dan faktor presipitasi:
Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
Penyakit/kelainan  seperti hipertensi, toxemia, placenta previa, abruptio placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.
Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak adekuat
Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi
Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang, alkohol, merokok dan caffeine


Pengkajian 
Riwayat kehamilan
Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah
Kehamilan kembar
Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
Kemungkinan penyakit genetik
Riwayat melahirkan prematur
Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya
Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps umbilikus
Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alkohol
Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis.

Status bayi baru lahir
Umur kehamilan antara 24 – 37 minggu, berat badan lahir rendah atau besar masa kehamilan
Berat badan dibawah 2500 gram
Kurus, lemak subkutan minimal
Adanya kelainan fisik yang terlihat
APGAR skore 1 – 5 menit : 0 – 3 mengindikasikan distress berat, 4 – 6 menunjukkan disstres sedang dan 7 – 10 merupakan nilai normal.

Kardiovaskular
Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur
Saat kelahiran, terdengar murmur

Gastrointestinal
Protruding abdomen
Keluaran mekonium setelah 12 jam
Kelemahan menghisap dan penurunan refleks
Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital

Integumen
Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning
Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh
Kurus
Edema general atau lokal
Kuku pendek
Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis

Muskuloskeletal
Cartilago pada telinga belum sempurna
Tengkorak lunak
Keadaan rileks, inaktive atau lethargi

Neurologik
Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi
Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif
Tidak ada atau minimalnya tanda neurologik
Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu
Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik

Pulmonary
Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea
Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, suprasternal, substrenal)
Terdengar crakles pada auskultasi

Renal
Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam urine

Reproduksi
Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol
Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia.

Data penunjang
X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa
Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia
Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia)
Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.

Diagnosa keperawatan
Dx. 1. Resiko tinggi disstres pernafasan berhubungan dengan immaturitas paru dengan penurunan produksi surfactan yang menyebabkan hipoksemia dan acidosis

Tujuan : Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi paru

Tindakan :
Kaji data fokus pada kemungkinan disstres pernafasan yaitu :
Riwayat penyalahgunaan obat pada ibu atau kondisi abnormal selama kehamilan dan persalinan
Kondisi bayi baru lahir : APGAR score, kebutuhan resusitasi
Respiratory rate, kedalaman, takipnea
Pernafasan grunting, nasal flaring, retraksi dengan penggunaan otot bantu pernafasan (intercostal, suprasternal, atau substernal)
Cyanosis, penurunan suara nafas
Kaji episode apneu yang terjadi lebih dari 20 detik, kaji keadaan berikut :
Bradykardi
Lethargy, posisi dan aktivitas sebelum, selama dan setelah episode apnea (sebagai contoh saat tidur atau minum ASI) 
Distensi abdomen
Suhu tubuh dan mottling
Kebutuhan stimulasi 
Episode dan durasi apnea
Penyebab apnea, seperti stress karena dingin, sepsis, kegagalan pernafasan.
Berikan dan monitor support respiratory sebagai berikut :
Berikan oksigen sesuai indikasi
Lakukan suction secara hati-hati dan tidak lebih dari 5 detik
Pertahankan suhu lingkungan yang normal
Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui terjadinya acidosis metabolik
Berikan oabt-obat sesuai permintaan dokter seperti theophylin IV. Monitor kadar gula darah setiap 1 – 2 hari.

Dx. 2. Resiko hipotermia atau hipertermia berhubungan dengan prematuritas atau perubahan suhu lingkungan

Tujuan : Mempertahankan suhu lingkungan normal

Tindakan :
Pertahankan suhu ruang perawatan pada 25 C
Kaji suhu rectal bayi dan suhu aksila setiap 2 jam atau bila perlu
Tempatkan bayi di bawah pemanas atau inkubator sesuai indikasi
Hindarkan meletakkan bayi dekat dengan sumber panas atau dingin
Kaji status infant yang menunjukkan stress dingin

Dx. 3. Defiensi nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya cadangan glikogen, zat besi, dan kalsium dan kehilangan cadangan glikogen karena metabolisme rate yang tinggi, tidak adekuatnya intake kalori, serta kehilangan kalori.

Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan intake kalori yang adekuat pada bayi

Tindakan :
Kaji refleks hisap dan reflek gag pada bayi. Mulai oral feeding saat kondisi bayi stabil dan respirasi terkontrol
Kaji dan kalkulasikan kebutuhan kalori bayi
Mulai breast feeding atau bottle feeding 2 – 6 jam setelah lahir. Mulai dengan 3 – 5 ml setiap kali setiap 3 jam. Tingkatkan asupan bila memungkinkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan intake kalori untuk menentukan pemabatasan atau peningkatan intake
Berikan infus dextrose 10% jika bayi tidak mampu minum secara oral
Berikan TPN dan intralipid jika dibutuhkan
Monitor kadar gula darah

Dx. 4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan imaturitas, radiasi lingkungan, efek fototherapy atau kehilangan melalui kulit atau paru.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tindakan :
Kaji dan hitung kebutuhan cairan bayi
Berikan cairan 150 – 180 ml/kg berat badan dan 200 ml/kg berat badan jika dibutuhkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari
Monitor dan catat intake dan output setiap hari, bandingkan jumlahnya untuk menentukan status ketidakseimbangan.
Test urine : spesifik gravity dan glikosuria
Pertahankan suhu lingkungan normal
Kaji tanda-tanda peningkatan kebutuhan cairan :
Peningkatan suhu tubuh
Hipovolemik shock dengan penurunan tejanan darah dan peningkatan denut jantung, melemahnya denyut nadi, tangan teraba dingin serta motling pada kulit.
Sepsis
Aspiksia dan hipoksia
Monitor potassium, sodium dan kadar chloride. Ganti cairan dan elektrolit dengan dextrose 10% bila perlu.

Dx. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik bayi dan kemungkinan infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat

Tujuan : Infeksi dapat dicegah

Tindakan :
Kaji fluktuasi suhu tubuh, lethargy, apnea, iritabilitas dan jaundice
Review riwayat ibu, kondisi bayi saat lahir, dan epidemi infeksi di ruang perawatan
Amati sampel darah dan drainase
Lakukan pemeriksaan CBC dengan hitung leukosit, platelets, dan imunoglubolin
Berikan lingkungan yang melindungi bayi dari infekasi :
Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi
Ikuti protokol isolasi bayi
Lakukan tehnik steril saat melakukan prosedur pada bayi


Dx. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rapuh dan imaturitas kulit

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit 

Tindakan :
Kaji kulit bayi terhadap kemerahan, iritasi, rashes, dan lesi serta keadaan pada area kulit yang tertekan.
Kaji tempat-tempat prosedur invasif pada bayi
Berikan perawatan kulit setiap hari. Lindungi kulit bayi dari kontak dengan agen pembersih atau plester.

Dx. 7. Gangguan sensori persepsi : visual, auditory, kinestehetik, gustatory, taktil dan olfaktory berhubungan dengan stimulasi yang kurang atau berlebihan pada lingkungan intensive care

Tujuan : Mempertahankan stimulasi sensori yang optimal tanpa berlebihan

Tindakan :
Kaji kemampuan bayi memberikan respon terhadap stimulus. Observasi :
Deficit neurologik
Kurangnya perhatian bayi terhadap stimulus
Tidak ada respon terhadap suara, kontak mata atau tidak adanya refleks normal
Efek obat terhadap perkembangan bayi
Berikan stimulasi visual :
Arahkan cahaya lampu pada bayi
Ayunkan benda didepan mata bayi
Letakkan bayi pada posisi yang memungkinkan untuk kontak mata : tegakkan bayi
Berikan stimulasi auditory :
Bicara pada bayi, lakukan dengan tekanan suara rendah dan jelas
Panggil bayi dengan namanya, bicara pada bayi saat memberikan perawatan
Bernyanyi, mainkan musik tape recorder atau hidupkan radio
Hindari suara bising di sekitar bayi
Berikan stimulasi tactile :
Peluk bayi dengan penuh kasih sayang
Berikan kesempatan pada bayi untuk menghisap
Sentuh bayi dengan benda lembut seperti saputangan atau kapas
Berikan perubahan posisi secara teratur
Berikan stimulasi gustatory dengan mendekatkan hidung bayi ke payudara ibu atau ASI yang ditampung.
Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup.

Dx. 8. Deficit pengetahuan (keluarga) tentang perawatan infant yang sakit di rumah

Tujuan :
Informasikan orangtua dan keluarga tentang :
Proses penyakit
Prosedur perawatan
Tanda dan gejala problem respirasi
Perawatan lanjutan dan therapy
Ajarkan orangtua dan keluarga tentang treatment pada anak :
Therapy home oksigen
Ventilasi mekanik
Fisiotherapi dada
Therapy obat
Therapy cairan dan nutrisi
Berikan kesempatan pada keluarga mendemontrasikan perawatan pada bayinya
Anjurkan keluarga terlibat pada perawatan bayi
Ajarkan keluarga dan orangtua bagaimana menyeimbangkan istirahat dan tidur dan bagaimana menilai toleransi bayi terhadap aktivitas.

ASFIKSIA

Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.

Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score). Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA Score) sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang essensial.

Tabel 2. Cara Menetapkan Nilai SIGTUNA
Yang Dinilai 2 1 0 Nilai
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada
Denyut jantung > 100/menit < 100/menit Tidak ada
Jumlah nilai = Nilai SIGTUNA

Derajat vitalitas bayi baru lahir menurut nilai SIGTUNA adalah : (a) tanpa asfiksia atau asfiksia ringan nilai = 4, (b) asfiksia sedang nilai 2 – 3, (c) asfiksia berat nilai 1, (d) bayi lahir mati / mati baru “fresh still birth” nilai 0.

Selama ini umumnya untuk menilai derajat vitalitas bayi baru lahir digunakan penilaian secara APGAR. Pelaksanaanya cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha nafas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. dari hasil penelitian di AS nilai APGAR sangat bermanfaat untuk mengenal bayi resiko tinggi yang potensial untuk kematian dan kecacatan neurologis jangka panjang seperti cerebral palsy. Dari lima variabel nilai APGAR hanya pernafasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia. Ketiga variabel lain lebih merupakan indikator maturitas tumbuh kembang bayi. 

Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga jalan nafas tetap bebas, merangsang pernafasan, menjaga curah jantung, mempertahankan suhu, dan memberikan obat penunjang resusitasi. Akibat yang mungkin muncul pada bayi asfiksia secara keseluruhan mengalami kematian 10 – 20 %, sedangkan 20 – 45 % dari yang hidup mengalami kelainan neurologi. Kira-kira 60 % nya dengan gejala sisa berat. Sisanya normal. Gejala sisa neurologik berupa cerebral palsy, mental retardasi, epilepsi, mikrocefalus, hidrocefalus dan lain-lain.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas 

Data penunjang/Faktor kontribusi :
Oksigenasi yang adekuat dari bayi dipengaruhi banyak faktor seperti riwayat prenatal dan intrapartal,  produksi mukus yang berlebihan, dan stress karena dingin. Riwayat prenatal dan intrapartal yang buruk dapat mengakibatkan fetal distress dan hipoksia saat masa adaptasi bayi. Pertukaran gas juga dapat terganggu oleh produksi mucus yang berlebihan dan bersihan jalan nafas yang tidak adekuat. Stress akibat dingin meningkatkan kebutuhan oksigen dan dapat mengakibatkan acidosis sebagai efek dari metabolisme anaerobik. 

Tujuan :
Jalan nafas bebas dari sekret/mukus, pernafasan dan nadi dalam batas normal, cyanosis tidak terjadi, tidak ada tanda dari disstres pernafasan.

Intervensi :
Amati komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta dan fetal (penyakit jantung atau ginjal, PIH atau Diabetes)
Review status intrapartal termasuk denyut jantung, perubahan denyut jantung, variabilitas irama, level PH, warna dan jumlah cairan amnion.
Catat waktu dan pengobatan yang diberikan kepada ibu seperti Magnesium sulfat atau Demerol
Kaji respiratori rate
Catat keadaan nasal faring, retraksi dada, respirasi grunting, rales atau ronchi
Bersihkan jalan nafas; lakukan suction nasofaring jika dibutuhkan, monitor pulse apikal selama suction
Letakkan bayi pada posisi trendelenburg pada sudut 10 derajat.
Keringkan bayi dengan handuk yang lembut selimuti dan letakkan diantara lengan ibu atau hangatkan dengan unit pemanas
Amati intensitas tangisan
Catat pulse apikal
Berikan sentuhan taktil dan stimulasi sensori
Observasi warna kulit, lokasi sianosis, kaji tonus otot 
Kolaborasi
Berikan oksigen melalui masker, 4 - 7 lt/menit jika diindikasikan asfiksia
Berikan obat-obatan seperti Narcan melalui IV
Berikan terapi resusitasi

DAFTAR  PUSTAKA

Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991

Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994

Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990

Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia, 1988

Photobucket