ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
A. LATAR BELAKANG
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK
B. FENOMENA
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.
C. INSIDENSI
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.
Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002).
Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986
Penyebab Kematian Neonatus ( % )
Cacat bawaan 33.8
Sindrom gawat nafas 20.1
Infeksi 19.4
Asfiksia 17.7
Imaturitas (tidak spesifik) 6.3
Penyebab lain 3.2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu.
2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ).
B. ETIOLOGI
Faktor Ibu :
• Paritas
• Infertilitas
• Abortus spontan sebelumnya
• Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
• Penyakit kronis
• Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, dll )
Faktor Plasenta
• Penyakit Vaskuler
• Kehamilan ganda
• Malformasi
• Tumor
Faktor Janin
• Kelainan kromosom
• Malformasi
• Infeksi congenital ( missal : rubella )
• Kehamilan ganda
D. TANDA – TANDA KLINIS
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
• Berat kurang dari 2500 gram
• Panjang kurang dari 45 cm
• Lingkar dada kurang dari 30 cm
• Lingkar kepala kurang dari 33 cm
• Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
• Kepala lebih besar
• Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
• Otot hipotonik lemah
• Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
• Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
• Kepala tidak mampu tegak
• Pernapasan 40 – 50 kali / menit
• Nadi 100 – 140 kali / menit
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
• Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
• Titer Torch sesuai indikasi
• Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
• Pemantauan elektrolit
• Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
F. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
G. PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
H. MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rustam Muchtar (1998). Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid III, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
3. Saifudin, Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
4. Wholey and Wong (1997), Essential of Pediatric Nursing, St. Louis Mosby.
5. Rosa M Sacharin ( 1996 ), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Jakarta, EGC
6. Sarwono P ( 1986 ), Ilmu Kebidanan, Edisi II, Cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.