Rabu, 22 Desember 2010

Asuhan Keperawatan Kurang Energi Protein

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)



1. Pengertian
a. Pengertian Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan adalah keadaan yang menghambat pemantapan kesehatan atau peningkatan kesehatan atau penyembuhan. Masalah kesehatan dapat menjadi masalah perawatan bila masalah tersebut dapat diperbaiki melalui tindakan perawatan. (Bailon, SG dan Maglaya A.S. 1978, hal.45)
b. Pengertian KEP
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG). (Mansjoer, 2000, hal. 512)
Sebelum membahas tentang KEP lebih lanjut terlebih dahulu memberikan gambaran tentang Kurang Energi Protein (KEP) meliputi :
1) Klasifikasi KEP (Depkes RI, 1999)
Untuk tingkat Puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel berat badan per umur buku median Kho – NCHS.
a) KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan KMS terletak pada pita warna kuning.
b) KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM)
c) KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan berat badan per umur
2) Pengertian Penyakit Lain yang Kaitannya Kurang Gizi
a) Marasmus
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan sub kutan dan badan tampak kurus seperti orang tua (Suriadi dan Yuliani, 2001, hal 196)
b) Kwashiorkor
Adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. (Suriadi dan Yuliani, 2001, hal 195).
c) Marasmik-Kwashiorkor
Adalah gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkoro dan marasmus, dengan berat badan banding umur

c. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan KEP
Asuhan keperawatan keluarga dengan KEP adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami KEP untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Etiologi
KEP disebabkan oleh masukan energi dan protein yang tidak mencukupi kebutuhannya, yang disebabkan oleh multi faktor yang saling terkait antara lain sebagai berikut :
a. Masukan yang tidak adekuat
Dihubungkan dengan ketidakmampuan (kemiskinan) penyakit menyebabkan anoreksia, prosedur di RS yang memuaskan bayi dan tekanan psikologis.
b. Meningkatnya kebutuhan energi karena infeksi, demam, ruda paksa/trauma neoplasma, hipertiroid dan distres pada jantung dan pernafasan.
c. Meningkatnya energi yang terbuang dapat disebabkan muntah, diare dan sindrome mal absorbsi juga menurunkan retensi energi. (Bute dalam Tsang Nicholas 1988 : 95-96 dikutip dari Kurang Energi Protein KEP dan Pencegahannya, Nestle, 1999)

3. Gejala
Gejala klinik untuk KEP ringan dan sedang yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus kwashiorkor atau marasmic kwashiorkor.
Adapun gejala-gejalanya adalah :
a. Manifestasi klinik pada marasmus adalah :
1) Badan kurus kering
2) Tampak seperti orang tua
3) Lethargi
4) Iritabel
5) Kulit keriput
6) Ubun-ubun cekung pada bayi
7) Jaringan subkutan hilang
8) Turgor kulit jelek
9) Malaise
10) Apatis
11) Kelaparan
b. Manifestasi klinik pada kwashiorkor
1) Muka sembab
2) Lethargi
3) Edema
4) Jaringan otot mengecil
5) Jaringan sub kutan tipis dan lembut
6) Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7) Kulit kering dan bersisik
8) Alopecia
9) Anorexia
10) Gagal dalam tumbuh kembang
11) Tampak anemia (Suriadi dan Yuliani, 2001, 196-197)
c. Manifestasi klinik marasmic kwashiorkor
Merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U

4. Patofisiologi
Patofisiologi KEP adalah definisi primer karena kesalahan diet, kekurangan energi protein yang bernilai biologis tinggi baik bersama ataupunterpisah. Sedangkan definisi sekunder disebabkan oleh faktor-faktor yang mengganggu intake, digesti, absorbsi, metabolisme makanan sehingga zat yang dimakan oleh tubuh adekuat. Dari kedua definisi di atas carangan makanan dalam tubuh dimobilisasi untuk memenuhi keperluannya, habisnya disusun dengan defisiensi dalam jaringan yang mula-mula kelainan biokimia lalu kelainan faal dan akhirnya kelainan atau gangguan anatomik.



5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan/mekanisme pelayanan gizi anak KEP meliputi :
a. Layanan anak KEP ringan di rumah tangga.
1) Memberikan nasehat pada keluarga untuk tetap memberikan ASI sampai usia dua tahun.
2) Memberikan nasehat diet seimbang pada anak sesuai dengan usia dan kesehatan.
3) Menganjurkan pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
4) Menganjurkan ditimbang secara teratur untuk mengetahui pertumbuhan.
b. Layanan anak KEP di Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
Posyandu/Pusat pemulihan gizi merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat dikembangkan dari Posyandu.
Pelayanan Gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak KEP. Penanganan pusat pemulihan gizi dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan pemberian makanan tambahan pemulihan anak KEP.
Layanan yang dapat dilakukan adalah :
1) Anak KEP ringan sedang yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani dengan PPG.
2) Memperoleh PMT pemulihan dalam bentuk lumat/lunak selama 3 bulan.
3) PMT pemulihan diberikan dengan cara :
a) Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari.
b) Pemberian makanan pada anak KEP di rumah dianjurkan mengikuti pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak.
c) Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP.
c. Tata Laksana Pengobatan KEP sedang – berat di Puskesmas.
1) Pengobatan dan pencegahan hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan penyebab kematian yang penting pada anak KEP berat. Pada hipoglikemi anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat makan usahakan memberikan makan sering/cair 2-3 jam per hari. Jika anak tidak dapat makan tapi masih bisa minum berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan cairan infus glukose dan segera rujuk ke RS.
2) Pengobatan dan pencegahan hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai suhu tubuh yang rendah di bawah 36°C pada keadaan ini harus dihangatkan.
3) Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Jika anak masih menyusu berikan ASI dan berikan setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih bisa minum lakukan rehidrasi oral untuk KEP berat dan menggunakan oralit yang diencerkan dua kali.
b) Jika anak tidak bisa minum lakukan rehidrasi intravena RL/D5% dan NaCl dengan perbandingan 1 : 1.
4) Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya adalah :
a) Kelebihan Na tubuh (Natrium) walaupun kadar Na plasma rendah.
b) Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
c) Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya oedema dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu. Untuk mengatasi oedema tersebut jaringan diobati dengan pemberian diuretika, tapi dengan memberikan : a) makanan tanpa garam dan, b) untuk rehidrasi, berikan makanan yang banyak mengandung mineral (Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lunak atau lumat).
5) Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umum menunjukkan infeksi seperti demam seringkali tidak tampak oleh karena itu pada semua KEP berat secara rutin diberikan :
a) Antibiotik spektrum luas bila tanpa komplikasi komimoksasol 5 ml, suspensi pediatri secara oral 2x sehari selama 5 hari (2,5 ml) bila BB
b) Vaksinasi campak bila anak umur > dari 6 bulan.
6) Berikan balita KEP berat makanan yang sesuai dengan kondisi balita pemberian diet KEP berat dibagi dalam 5 fase, yaitu :
a) Fase stabilisasi
b) Fase iransisi
c) Fase rehabilitasi
Pemberian makanan pada fase stabilisasi perlu dilakukan dengan pendekatan yang sangat hati-hati karena pada fase ini keadaan faal anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Prinsip pada pemberian makanan pada fase stabilisasi :
(1) Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktasi.
(2) Energi 100 kkal/kg/hari.
(3) Cairan : 130 ml/kg/BB/hari (jika ada oedema berat 100 ml/kk/BB/ hari)
(4) Bila anak mendapat Asi teruskan dianjurkan memberi formula WHO atau pengganti dengan menggunakan cangkir/gelas bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet.
7) Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua KEP berat mengalami kekurangan vitamin dan mineral, walaupun anemi besi bisa terjadi, jangan tergesa memberikan preparat besi Fe, tunggu sampai anak mau makan dan BB naik (biasanya pada minggu kedua) pemberian besi pada awal dapat memperburuk infeksinya.
Berikan setiap hari :
a) Tambahan multivitamin Vit B komplek dan asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
b) Bila BB anak mulai membaik berikan penderita zat besi dalam bentuk tablet besi/asam folat dengan disis ¼ tablet 3 x sehari.
c) Vitamin A oral 1 x dengan dosis, sebagai berikut :
Pemberian Vit A.
Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin B
20.000 iu 50.000 iu
Dibawah 12 bulan ½ kapsul 2 tablet
12 bulan s/d 5 tahun 1 kapsul 4 tablet

8) Perhatikan masa tumbuh kembang balita
Pada fase ini meliputi fase transisi dan fase rehabilitasi :
a) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan-lahan untuk menghindari gagal jantung yang dapat terjadi karena anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
b) Pemberian formula WHO yang dimulai dengan F 75 atau pengganti pada fase awal, dilanjutkan pada F 100 atau penggantinya.
Setelah periode transisi dilampaui, pada fase rehabilitasi anak diberikan :
a) Makanan/formula WHO (F135) dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
b) Energi 150-220 Kkal/KgBB/hari.
c) Periode 4-6 gr/KgBB/hari.
d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI ditambah dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kembang.
e) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.
9) Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya diberikan :
a) Kasih sayang secara penuh.
b) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan.
c) Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15.30 menit/hari.
d) Rencana aktifitas fisik segera setelah sembuh.
10) Persiapan untuk tindak lanjut di rumah.
Bila BB sudah mencapai lebih dari 80% BB/umur. WHO NCHS anak dapat dirawat di rumah dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas atau bidan desa.
Nasehat pada orang tua untuk :
a) Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa.
b) Anjurkan pemberian Vitamin A dosis tinggi atau 20.000 IU setiap 6 bulan.

6. Kerangka Pikir
Gambar Kerangka Tn. A.


Keterangan :
: Garis Keluarga
: Garis Individu
(Effendy, N. 1998)
Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan :
Ketidakmampuan keluarga melakukan tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. memberikan perawatan pada anggota yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usianya terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sangat menguntungkan kesehatan dan perkembangan kerpibadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

7. Prioritas Masalah
Masalah yang timbul sebagai berikut :
a. Ketidaktahuan keluarga tentang masalah kesehatan keluarga, disebabkan :
1) Kurangnya pengetahuan/ketidaktahuan fakta.
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui.
3) Sikap dan falsafah hidup.
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat dengan masalah kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak mengetahui mengenai sifat, berat dan luasnya masalah.
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga.
4) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan.
5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga.
6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.
7) Takut dari akibat tindakan.
8) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.
10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.
11) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena :
1) penyakit, sifat, penyebab penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatan yang diperlukan.
2) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
3) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam anggota keluarga yang bertanggungjawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
4) Sikap negatif terhadap sakit.
5) Konflik individu dalam keluarga.
6) Sikap pandangan hidup.
7) Perilaku yang menentang diri sendiri
d. Ketidaksanggupan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anggota keluarga, disebabkan karena :
1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang kurang memenuhi syarat.
2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah.
3) Ketidaktahuan tentang usaha pengenalan penyakit.
4) Sikap dan pandangan hidup.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas itu ada.
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
4) Tidak terjangkau dari fasilitas yang diperlukan.
5) Tidak adanya fasilitas kesehatan.
6) Sikap dan falsafah hidup.

8. Fokus Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan I
Yaitu ketidakmampuan keluarga dalam memahami tentang masalah kesehatan yang ada atau terjadi dalam keluarga.
1) Jelaskan kepada keluarga jenis masalah kegiatan yang terjadi dalam keluarga.
2) Diskusi dengan keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Tujuan Fokus Intervensi :
Diharapkan keluarga memahami masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga.
b. Diagnosa Keperawatan II
Yaitu ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
1) Bantu keluarga untuk mengetahui sifat, berat dan luasnya masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.
2) Beritahu keluarga beberapa tindakan yang bisa dilakukan keluarga sesuai dengan keadaan keluarga.
3) Bantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.
Tujuan fokus intervensi :
Diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan.
c. Diagnosa Keperawatan III
Yaitu ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit :
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
2) Beritahu keluarga fasilitas yang ada.
3) Libatkan keluarga dalam asuhan perawatan anggota yang sakit sesuai dengan kemampuan keluarga.

Tujuan fokus intervensi :
Diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Yaitu ketidaksanggupan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadinya.
1) Jelaskan pada keluarga bagaimana manfaat memelihara lingkungan.
2) Beritahu pada keluarga bagaimana cara-cara memelihara lingkungan rumah.
3) Libatkan keluarga dalam usaha menjaga dan memelihara lingkungan rumah.
Tujuan fokus intervensi :
Diharapkan keluarga mampu memelihara lingkungan rumahnya.
e. Diagnosa Keperawatan V
Yaitu ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan.
1) Jelaskan pada keluarga manfaat dari fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
2) Beri motivasi keluarga untuk mau berkunjung/berobat ke fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Tujuan fokus intervensi :
Diharapkan keluarga mau menggunakan sumber-sumber di masyarakat, dalam hal ini Puskesmas.
Photobucket